KATA PENGANTAR
Puji syukur kami penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Hakikat Manusia Menurut Islam”. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah Agama Islam di Universitas Negeri Makassar.
Dalam
Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada
teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami
miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami
harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam
penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan
makalah ini, khususnya kepada Dosen kami yang telah memberikan tugas dan
petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.
Makassar, Oktober 2011
Tim Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II Pembahasan
A. Pengertian Hakikat
B. Pengertian Manusia
C. Tujuan Penciptaan Manusia
D. Fungsi dan Peran Manusia
E. Tanggung Jawab Manusia sebagai Hamba dan Khalifah Allah SWT
F. Hakikat Manusia
BAB III Penutup
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berbicara
tentang manusia dan agama dalam Islam adalah membicarakan sesuatu yang
sangat klasik namun senantiasa aktual. Berbicara tentang kedua hal
tersebut sama saja dengan berbicara tentang kita sendiri dan keyakinan
asasi kita sebagai makhluk Tuhan.
Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, ‘manusia’ diartikan sebagai ‘makhluk yang
berakal budi (mampu menguasai makhluk lain); insan; orang’ (1989:558).
Menurut pengertian ini manusia adalah makhluk Tuhan yang diberi potensi
akal dan budi, nalar dan moral untuk dapat menguasai makhluk lainnya
demi kemakmuran dan kemaslahatannya. Dalam bahasa Arab, kata ‘manusia’
ini bersepadan dengan kata-kata nâs, basyar, insân, mar’u, ins dan
lain-lain. Meskipun bersinonim, namun kata-kata tersebut memiliki
perbedaan dalam hal makna spesifiknya. Kata nâs misalnya lebih merujuk
pada makna manusia sebagai makhluk sosial. Sedangkan kata basyar lebih
menunjuk pada makna manusia sebagai makhluk biologis. Begitu juga dengan
kata-kata lainnya.
B. Rumusan Masalah
1) Apa pengertian hakikat dan manusia itu ?
2) Apa saja tujuan penciptaan manusia serta fungsi dan peran manusia ?
3) Bagaimana tanggung jawab manusia sebagai hamba dan khalifah Allah SWT ?
4) Apa saja hakikat manusia itu ?
C. Tujuan Penulisan
1) Untuk mengetahui pengertian hakikat dan manusia.
2) Untuk mengetahui tujuan penciptaan manusia serta fungsi dan peran manusia
3) Untuk mengetahui tanggung jawab manusia sebagai hamba dan khalifah Allah SWT
4) Untuk mengetahui Apa saja hakikat manusia itu.
BAB II
PEMBAHASAN
HAKIKAT MANUSIA MENURUT ISLAM
A. Pengertian Hakikat
Menurut
bahasa hakikat berarti kebenaran atau seesuatu yang sebenar-benarnya
atau asal segala sesuatu. Dapat juga dikatakan hakikat itu adalah inti
dari segala sesuatu atau yang menjadi jiwa sesuatu. Karena itu dapat
dikatakan hakikat syariat adalah inti dan jiwa dari suatu syariat itu
sendiri. Dikalangan tasauf orang mencari hakikat diri manusia yang
sebenarnya karena itu muncul kata-kata diri mencari sebenar-benar diri.
Sama dengan pengertian itu mencari hakikat jasad, hati, roh, nyawa, dan
rahasia.
B. Pengertian Manusia
Manusia
adalah makhluk paling sempurna yang pernah diciptakan oleh Allah swt.
Kesempurnaan yang dimiliki manusia merupakan suatu konsekuensi fungsi
dan tugas mereka sebagai khalifah di muka dumi ini. Al-Quran menerangkan
bahwa manusia berasal dari tanah.
Membicarakan
tentang manusia dalam pandangan ilmu pengetahuan sangat bergantung
metodologi yang digunakan dan terhadap filosofis yang mendasari.
Para
penganut teori psikoanalisis menyebut manusia sebagai homo volens
(makhluk berkeinginan). Menurut aliran ini, manusia adalah makhluk yang
memiliki perilaku interaksi antara komponen biologis (id), psikologis
(ego), dan social (superego). Di dalam diri manusia tedapat unsur animal
(hewani), rasional (akali), dan moral (nilai).
Para
penganut teori behaviorisme menyebut manusia sebagai homo mehanibcus
(manusia mesin). Behavior lahir sebagai reaksi terhadap
introspeksionisme (aliran yang menganalisa jiwa manusia berdasarkan
laporan subjektif dan psikoanalisis (aliran yang berbicara tentang alam
bawa sadar yang tidak nampak). Behavior yang menganalisis prilaku yang
Nampak saja. Menurut aliran ini segala tingkah laku manusia terbentuk
sebagai hasil proses pembelajaran terhadap lingkungannya, tidak
disebabkan aspek.
Para
penganut teori kognitif menyebut manusia sebagai homo sapiens (manusia
berpikir). Menurut aliran ini manusia tidak di pandang lagi sebagai
makhluk yang bereaksi secara pasif pada lingkungannya, makhluk yang
selalu berfikir. Penganut teori kognitif mengecam pendapat yang
cenderung menganggap pikiran itu tidak nyata karena tampak tidak
mempengaruhi peristiwa. Padahal berpikir , memutuskan, menyatakan,
memahami, dan sebagainya adalah fakta kehidupan manusia.
Dalam
al-quran istilah manusia ditemukan 3 kosa kata yang berbeda dengan
makna manusia, akan tetapi memilki substansi yang berbeda yaitu kata
basyar, insan dan al-nas.
Kata
basyar dalam al-quran disebutkan 37 kali salah satunya al-kahfi :
innama anaa basyarun mitlukum (sesungguhnya aku ini hanya seorang
manusia seperti kamu). Kata basyar selalu dihubungkan pada sifat-sifat
biologis, seperti asalnya dari tanah liat, atau lempung kering (al-hijr :
33 ; al-ruum : 20), manusia makan dan minum (al-mu’minuum : 33).
Kata
insan disebutkan dalam al-quran sebanyak 65 kali, diantaranya (al-alaq :
5), yaitu allamal insaana maa lam ya’ (dia mengajarkan manusia apa yang
tidak diketahuinya). Konsep islam selalu dihubungkan pada sifat
psikologis atau spiritual manusia sebagai makhluk yang berpikir, diberi
ilmu, dfan memikul amanah (al-ahzar : 72). Insan adalah makhluk yang
menjadi (becoming) dan terus bergerak maju ke arah kesempurnaan.
Kata
al-nas disebut sebanyak 240 kali, seperti al-zumar : 27 walakad
dlarabna linnaasi fii haadzal quraani min kulli matsal (sesungguhnya
telah kami buatkan bagi manusia dalam al-quran ini setiap macam
perumpamaan). Konsep al-nas menunjuk pada semua manusia sebagai makhluk
social atau secara kolektif.
Dengan
demikian Al-Quran memandang manusia sebagai makhluk biologis,
psikologis, dan social. Manusia sebagai basyar, diartikan sebagai
makhluk social yang tidak biasa hidup tanpa bantuan orang lain dan atau
makhluk lain.
Sebenarnya manusia itu terdiri dari 3 unsur yaitu :
1. Jasmani. Terdiri dari air, kapur, angin, api dan tanah.
2. Ruh. Terbuat dari cahaya (nur). Fungsinya hanya untuk menghidupkan jasmani saja.
3. Jiwa.
Manusia memiliki fitrah dalam arti potensi yaitu kelengkapan yang
diberikan pada saat dilahirkan ke dunia. Potensi yang dimiliki manusia
dapat di kelompokkan pada dua hal yaitu potensi fisik dan potensi
rohania. Ibnu sina yang terkenal dengan filsafat jiwanya menjelaskan
bahwa manusia adalah makhluk social dan sekaligus makhluk ekonomi.
Manusia adalah makhluk social untuk menyempurnakan jiwa manusia demi
kebaikan hidupnya, karena manusia tidak hidup dengan baik tanpa ada
orang lain. Dengan kata lain manusia baru bisa mencapai kepuasan dan
memenuhi segala kepuasannya bila hidup berkumpul bersama manusia.
Asal Mula Manusia “Teori Evolusi Darwin dan Nabi Adam a.s”
Jika
kita berdebat tentang asal mula manusia, maka yang terpikir pertama
kali dipikiran adalah teori evolusi Charles Darwin. Dalam teori evolusi
Charles Darwin dijelaskan bahwa manusia pertama adalah kera, sedangkan
dalam kitab suci umat Islam yaitu Al-Qur'an, dijelaskan bahwa manusia
pertama adalah Nabi adam a.s. Namun, hingga saat ini para ilmuwan masih
terus mencari bukti untuk memastikan asal mula manusia.
1. Teori Asal Mula Manusia menurut Charles Darwin
Pernyataan
Darwin mendukung bahwa manusia modern berevolusi dari sejenis makhluk
yang mirip kera. Selama proses evolusi tanpa bukti ini yang diduga telah
dimulai dari 5 atau 6 juta tahun yang lalu, dinyatakan bahwa terdapat
beberapa bentuk peralihan antara manusia modern dan nenek moyangnya.
Ditetapkanlah empat kelompok dasar sebagai berikut di bawah ini :
a. Australophithecines
b. Homo habilis
c. Homo erectus
d. Homo sapiens
Genus
yang dianggap sebagai nenek moyang manusia yang mirip kera tersebut
oleh evolusionis digolongkan sebagai Australopithecus, yang berarti
"kera dari selatan". Australophitecus, yang tidak lain adalah jenis kera
purba yang telah punah, ditemukan dalam berbagai bentuk. Beberapa dari
mereka lebih besar dan kuat dan tegap, sementara yang lain lebih kecil
dan rapuh dan lemah. Dengan menjabarkan hubungan dalam rantai tersebut
sebagai "Australopithecus > Homo Habilis > Homo erectus > Homo
sapiens," evolusionis secara tidak langsung menyatakan bahwa setiap
jenis ini adalah nenek moyang jenis selanjutnya.
2. Asal Mula Manusia berdasarkan Al-Qur'an (Nabi Adam a.s)
Saat
Allah Swt. merencanakan penciptaan manusia, ketika Allah mulai membuat
“cerita” tentang asal-usul manusia, Malaikat Jibril seolah khawatir
karena takut manusia akan berbuat kerusakan di muka bumi. Di dalam
Al-Quran, kejadian itu diabadikan.
"...Dan
(ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat,
'Sesungguhnya, Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat
kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Maka,
apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan ke
dalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan
bersujud" (QS. Al Hijr: 28-29).
Firman
inilah yang membuat malaikat bersujud kepada manusia, sementara iblis
tetap dalam kesombongannya dengan tidak melaksanakan firman Allah.
Inilah dosa yang pertama kali dilakukan oleh makhluk Allah yaitu
kesombongan. Karena kesombongan tersebut Iblis menjadi makhluk paling
celaka dan sudah dipastikan masuk neraka. Kemudian Allah menciptakan
Hawa sebagi teman hidup Adam. Allah berpesan pada Adam dan Hawa untuk
tidak mendekati salah satu buah di surga, namun Iblis menggoda mereka
sehingga terjebaklah Adam dan Hawa dalam kondisi yang menakutkan. Allah
menghukum Adam dan Hawa sehingga diturunkan kebumi dan pada akhirnya
Adam dan Hawa bertaubat. Taubat mereka diterima oleh Allah, namun Adam
dan Hawa menetap dibumi. Baca Surat Al-Baqarah Ayat 33-39.
Adam
adalah ciptaan Allah yang memiliki akal sehingga memiliki kecerdasan,
bisa menerima ilmu pengetahuan dan bisa mengatur kehidupan sendiri.
Inilah keunikan manusia yang Allah ciptakan untuk menjadi penguasa
didunia, untuk menghuni dan memelihara bumi yang Allah ciptakan. Dari
Adam inilah cikal bakal manusia diseluruh permukaan bumi. Melalui
pernikahannya dengan Hawa, Adam melahirkan keturunan yang menyebar ke
berbagai benua diseluruh penjuru bumi; menempati lembah, gunung, gurun
pasir dan wilayah lainnya diseluruh penjuru bumi. Hal ini dijelaskan
dalam firman Allah SWT yang berbunyi:
"...Dan
sesungguhnya Kami muliakan anak-anak Adam; Kami angkut mereka didaratan
dan di lautan; Kami berikan mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami
lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyak makhluk
yang telah Kami ciptakan." (QS. al-Isra' [17]: 70)
Demikianlah
dua pendapat tentang asal mula manusia. Tentang siapa sebenarnya
manusia pertama di bumi, mugkin kami lebih memilih bahwa Adam a.s adalah
manusia pertama sesuai dengan apa yang ada dalam Al-Quran. Apakah
kalian setuju bahwa Nabi Adam a.s adalah nenek moyang manusia?
Tergantung pada kepercayaan kalian masing-masing.
C. Tujuan Penciptaan Manusia
Tujuan
penciptaan manusia adalah menyembah kepada penciptanya yaitu Allah.
Pengertian penyembahan kepada Allah tidak bisa di artikan secara sempit,
dengan hanya membayangkan aspek ritual yang tercermin dalam shalat
saja. Penyembahan berarti ketundukan manusia dalam hokum Allah dalam
menjalankan kehidupan di muka bumi, baik yamg menyangkut hubungan
manusia dengan tuhan maupun manusia dengan manusia.
Oleh
kerena penyembahan harus dilakukan secara suka rela, karena Allah tidak
membutuhkan sedikitpun pada manusia karena termasuk ritual-ritual
penyembahannya.
Penyembahan
yang sempurna dari seorang manusia adalah akan menjadikan dirinya
sebagai khalifah Allah di muka bumi dalam mengelolah alam semesta.
Keseimbangan pada kehidupan manusia dapat terjaga dengan hukum-hukum
kemanusiaan yang telah Allah ciptakan.
D. Fungsi dan Peran Manusia
Berpedoman
pada Al-Quran surah al-baqarah ayat 30-36, status dasar manusia yang
mempelopori oleh adam AS adalah sebagai khalifah. Jika khalifah
diartikan sebagai penerus ajaran Allah maka peran yang dilakukan adalah
penerus pelaku ajaran Allah dan sekaligus menjadi pelopor membudayakan
ajaran Allah Swt.
Peran yang hendaknya dilakukan seorang khalifah sebagaimana yang ditetapkan oleh Allah di antaranya adalah:
1. Belajar
2. Mengajarkan ilmu
3. Membudayakan ilmu
Oleh
karena itu semua yang dilakukan harus untuk kebersamaan sesama ummat
manusia dan hamba Allah, serta pertanggung jawabannya pada 3 instansi
yaitu pada diri sendiri, pada masyarakat, pada Allah SWT.
E. Tanggung Jawab Manusia sebagai Hamba dan Khalifah Allah SWT
1) Tanggung jawab manusia sebagai hamba Allah SWT
Makna
yang esensial dari kata abd’ (hamba) adalah ketaatan, ketundukan, dan
kepatuhan manusia hanya layak diberikan kepada Allah SWT yang
dicerminkan dalam ketaatan, kepatuhan dan ketundukan pada kebenaran dan
keadilan.
Oleh karena itu, dalam al-quran dinyatakan dengan “quu anfusakun waahlikun naran” (jagalah dirimu dan keluargamu dengan iman dari api neraka).
2) Tanggung Jawab Manusia sebagai Khalifah Allah SWT
Manusia
diserahi tugas hidup yang merupakan amanat dan harus
dipertanggungjawabkan dihadapannya. Tugas hidup yang di muka bumi ini
adalah tugas kekhalifaan, yaitu tugas kepemimpinan, wakil Allah di muka
bumi, serta pengolaan dan pemeliharaan alam.
Khalifah
berarti wakil atau pengganti yang memegang kekuasaan. Manusia menjadi
khalifah memegang mandat tuhan untuk mewujud kemakmuran di muka bumi.
Kekuasaan yang diberikan manusia bersifat kreatif yang memungkinkan
dirinya mengolah serta mendayagunakan apa yang ada di muka bumi untuk
kepentingan hidpnya.
Oleh
karena itu hidup manusia, hidup seorang muslim akan dipenuhi dengan
amaliah. Kerja keras yang tiada henti sebab bekerja sebagai seorang
muslim adalah membentuk amal saleh.
F. Hakikat Manusia
Hakikat manusia adalah sebagai berikut :
1) Makhluk yang memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
2) Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah laku intelektual dan sosial.
3)
Seseorang yang mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif mampu
mengatur dan mengontrol dirinya dan mampu menentukan nasibnya.
4) Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang tidak pernah selesai selama hidupnya.
5)
Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha
untuk mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia
lebih baik untuk ditempati.
6) Individu yang mudah terpengaruh oleh lingkungan terutama dalam bidang sosial.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Jadi
manusia merupakan makhluk yang luar biasa kompleks. Sedemikian sempurna
manusia diciptakan oleh Sang Pencipta dan manusia tidak selalu diam
karena dalam setiap kehidupan manusia selalu ambil bagian. Kita sebagai
manusia harus menjadi individu yang berguna untuk diri sendiri dan orang
lain.
Manusia
itu tidak sepenuhnya sempurna, dalam kehidupan yang kita jalani pasti
selalu ada masalah yang tidak bisa kita selesaikan, oleh karena itu juga
membutuhkan bantuan dari orang lain, karena manusia adalah makhluk
sosial sama seperti yang lain karena manusia tidak bisa berdiri sendiri,
dalam hal agama kita juga mempunyai banyak maka dari itu kita harus
saling menghargai dan mengasihi karena kita sama-sama makhluk yang
diciptakan tidak ada bedanya , selain itu dalam hidup manusia juga
terdapat banyak aturan yang harus kita patuhi sebagai umat manusia.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.tugasku4u.com/2013/05/makalah-hakikat-manusia-menurut-islam.html
Abuddin Nata, AL-Qur’an dan Hadits (Dirasah Islamiyah, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1998.
Departemen
Agama RI, Pendidikan Agama Islam Pada Perguruan Tinggi Umum, Jakarta :
Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2001.
Hamdan Mansoer, dkk, Materi Instruksional Pendidikan Agama Islam, Jakarta : Direktorat Perguruan Tinggi Agama Islam, 2004
Murthada Muthahhari, Perspektif Al-Qur’an Tentang Manusia dan Agama, Bandung : Mizan, 1990.
Nanih Machendrawaty & Agus Ahmad Safei, Pengembangan Masyarakat Islam, Jakarta : Rineka Cipta, 2004
Muhammadong. 2009. Pendidikan Agama Islam. Makassar : Tim Dosen Pendidikan Agama Islam Universitas Negeri Makassar.
Abdullah, Abd. Malik. 2009. Pendidikan Agama Islam. Makassar : Tim Dosen Penididikan Agama Islam Universitas Negeri Makassar.